Bagaimana Memukul Anak Dalam Sudut Pandang Pendidikan Islam | Sehika.com Klaten
Salah
satu karunia yang ditanamkan oleh Allah dalam hati orang tua adalah rasa kasih
sayang yang sempurna untuk anak-anaknya. Secara fitrah orang tua akan mencintai
anak-anaknya, mereka akan mengayomi, dan menjaganya dengan baik.
Perasaan-perasaan cinta dan
kasih sayang, merindukan dan sangat memperhatikan urusannya adalah salah satu
dari upaya Allah SWT untuk menjaga keberlangsungan manusia, betapa tidak,
sekiranya Allah SWT tidak menjadikan kasih sayang sebagai landasan dalam
memelihara anak, maka akan terjadi kepunahan.
Maka
dari itu, tidaklah aneh kalau Allah SWT menggambarkan anak sebagai hiasan untuk
orang tuanya, sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Al-Kahfi ayat 46
Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan. (QS; Al-Kahfi ayat 46)
Tidak
disangsikan lagi, bahwa kecintaan orang tua adalah fitrah yang Allah tanamkan
dalam diri setiap orang tua. Kalaupun demikian, cara setiap orang tua dalam
mengekspresikan cintanya berbeda-beda. Ada orang tua yang terobsesi dengan
seorang artis, sehingga orang tuanya ingin melihat anaknya menjadi artis. Ada
juga yang memaksa anaknya menjadi seorang dokter, polisi, tentara, arsitek dan
lain sebagainya. Hal-hal ini adalah bagian dari ekspresi rasa cinta yang
mendalam orang tua kepada anaknya, karena para orang tua berpikir bahwa kalau
anak mereka menjadi apa yang mereka inginkan, maka anak-anak mereka akan
bahagia.
Ada
juga orang tua dengan orientasi akhirat, sehingga pendidikan agama menjadi hal
utama yang dituntutnya kepada anak-anaknya. Sehingga ekspresi cintanya juga
mencerminkan bagaimana mereka mendidik putra-putrinya. Bahwa dalam pendidikan
Islam ada kaidah-kaidah yang harus menjadi pijakan dalam pendidikan anak,
sehingga pendidikan anak juga tidak bisa dilakukan serampangan.
Fokus
penulis dalam tulisan ini adalah bagaimana pendidikan Islam melihat hukuman
pukulan dalam mendidik anak. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan Islam
sejatinya menganut sistem yang lemah lembut sebagai pijakan yang paling asasi
dalam mendidik, namun demikian hadits Nabi Muhammad SAW dari
Ibnu Amru Bin Ash secara gamblang dan nyata memerintahkan untuk memukul anak,
kalau anak tersebut tidak mau taat kepada Allah SWT.
Perintahkanlah
anak-anakmu untuk melaksanakan shalat ketika usia mereka 7 tahun, dan di saat
usia mereka 10 tahun, pukullah jika mereka tidak melaksanakannya dan
pisahkanlah tempat tidur mereka (HR Hakim dan Abu Dawud)
Hadist
ini secara sekilas terlihat seperti bertentangan dengan kaidah pendidikan Islam
yang bersifat lembut dan penuh kasih sayang. Akan tetapi, kalau dikaji secara
mendalam memukul anak dalam pendidikan Islam harus memenuhi beberapa unsur di
antaranya adalah;
1.
Hanya dalam rangka ketaatan
kepada Allah
Pembinaan
terhadap ibadah kepada Allah adalah pembinaan dalam rangka penanaman aqidah yang benar terhadap anak, sebab ibadah merupakan
santapan ruh yang akan menyuburkan fitrahnya sebagai manusia yang memang tujuan
penciptaannya adalah untuk beribadah kepada Allah.
Di
antara ibadah yang memang disebut dalam Al-Quran secara langsung agar
diperintahkan kepada anak adalah shalat, hal ini sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al-Quran,
dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.(QS: Thaahaa: 132)
2.
Setelah berusia 10 Tahun
Shalat
sejatinya sudah mulai dikenalkan oleh setiap orang tua kepada anaknya setelah
anaknya mulai bisa membedakan tangan kanan dan kiri, proses pertama adalah
mengenalkan dan mengajak anak untuk ikut shalat, termasuk mengenalkan
rukun-rukun shalat maupun nama-nama shalat, berikut jumlah rakaatnya.
Sehingga
ketika anak berusia 7 tahun, anak sudah bisa melaksanakan shalat. Proses
pembiasaan dimulai sedini mungkin, agar ketika diperintahkan anak sudah tidak
merasa berat.
Memukul
anak yang tidak melaksanakan shalat bisa dilakukan setelah proses pengenalan
dan proses pembiasaan yang panjang dan terus menerus dengan tahapan dan periode
yang benar. Jika semua proses sudah dilakukan dan masih mengabaikan shalat atau
bermalas-malasan dalam mengerjakannya, maka pada saat itulah perintah memukul
anak ini berlaku sebagai sebuah pelajaran atas pengabaian terhadap perintah
Allah. Sebab, yang menjadi prinsip dalam hal ini adalah mematuhi perintah Allah
karena anak-anak masih dalam kondisi fitrah dan pengaruh setan masih lemah.
Jika anak bermalas-malasan dalam melaksanakan perintah Allah, maka itu adalah
indikasi bahwa setan secara perlahan sudah mulai menanamkan pengaruhnya dalam
diri anak.
3.
Dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas
Tujuan
yang paling utama ketika memukul anak yang melalaikan shalat adalah untuk meluruskan
dan memperbaiki kesalahannya, bukan untuk menyakitinya. Sehingga pukulannya
tidak boleh meninggalkan bekas, sebab kalau ini terjadi maka tujuan yang ingin
dicapai bisa jadi sulit untuk dicapai. Memukul anak tidak bisa dilakukan
sembarangan karena hakikatnya pukulan kepada anak tidak hanya dapat melukai
fisiknya tapi juga dapat melukai jiwanya. Orang tua harus memahami kondisi anak
sebelum benar-benar memukulnya. Selain itu, orang tua juga harus memahami
anatomi tubuh anak, mana yang memungkinkan untuk dipukul dan mana yang
berbahaya kalau dipukul.
Kondisi
orang tua yang hendak memukul anaknya tidak boleh dalam kondisi capek, lapar
dan dalam kondisi emosional yang labil. Hal ini untuk mencegah terjadinya
penyimpangan tujuan dari memukul anak tadi.
4.
Adanya Qudwah (Contoh) dari orang tua
Hal
yang sangat penting yang harus diperhatikan orang tua dalam proses pendidikan
adalah kebutuhan anak terhadap figur yang bisa dijadikan model oleh anak dalam
kehidupan sehari-hari. Secara umum, anak cenderung ingin mengikuti kebiasaan
orang-orang terdekatnya, dalam hal ini adalah ibu dan bapaknya.
Kedua
orang tua adalah orang yang paling banyak ditiru oleh anak, mereka jugalah yang
paling kuat menanamkan pengaruh kepada jiwanya, sehingga Nabi Muhammad SAW
sendiri menyebut bahwa merekahlah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan
majusi.
Pendidikan
dengan metode apapun tidak akan produktif kalau orang tuanya sendiri tidak
mampu menjadi contoh yang patut untuk diikuti.
Keempat
syarat di atas melekat dalam perintah memukul, sehingga kalau tidak ada salah
satu di antara keempatnya maka pukulan terhadap anak sama sekali tidak
dibenarkan dalam perspektif pendidikan Islam.
Wallahu
A’lam.
Sumber
: dakwatuna.com
0 Response to "Bagaimana Memukul Anak Dalam Sudut Pandang Pendidikan Islam | Sehika.com Klaten"
Posting Komentar